KEMERUCUK: Susunan Redaksi

Pimpinan Perusahaan : Abdi Purmono

Pemimpin Redaksi : Mohammad Zainuddin
Redaktur Pelaksana : Ardyanto Dwi Setiawan

Staff Redaksi : Anwar Bahar Basalamah, Mohammad Ghozi
Fotografer & Videografer : Dharaka Russiandi Perdana
Desainer : Ahmad Suudi

Alamat Redaksi :
PT Kemerucuk Media
JL Patimura No 50
Kota Malang - Jawa Timur

Korupsi Berjemaah Jadi Biang Keladi

Eksekutif dan legislatif memang harus bersinergi. Tapi sinergitas di Kota Malang bermakna negatif. Legislatif dan eksekutif kompak korupsi berjemaah dalam pembahasan APBD-P2015.

Korupsi berjemaah di Kota Malang menjadi ironi. Masyaralat terkrna dampak korupsi. Bukan hanya langsung, tapi juga tidak langsung dan jangka panjang.

Dampak langsung yang dirasakan masyarakat adalah pada infrastruktur. Aspal cepat rusak, gorong-gorong amburadul sehingga mudah banjir, dan sebagainya.

Sedangkan dampak jangka panjang adalah turunnya citra pemerintahan. Masyarakat tidak lagi percaya kepada pemerintah. Masyarakat pun akan apatis atau tak mau tahu pada kebijakan pemerintah.

Tidak mudah mengembalikan citra di hadapan masyarakat. Perbaikan layanan mungkin hanya menaikkan citra untuk sementara. Tapi masyarakat butuh pemerintahan yang benar-benar bersih.

Transparansi anggaran menjadi anggaran dan kebijakan menjadi solusi. Bila mudah mengakses informasi soal anggaran dan kebijakan, masyarakat mudah melakukan kontrol pada pemerintah. Masyarakat akan memberi warning bila pemerintah menyimpang. Masyarakat pun akan mengapresiasi bila kebijakan pemerintah tidak melanggar aturan dan menguntungkan masyarakat.

Tarif Becak Rp 10 Ribu, Tapi Bayar Rp 30 Ribu

Terjadi "cekcok" kecil antara Edi, 47, seorang pengemudi becak bermotor (bentor) dengan dua orang penumpangnya, Rusli, 35, dan Syamsul, 30, warga Surabaya, di Stasiun Kota Malang, beberapa waktu lalu.

Dari penuturan Hasan, 50, pemilik kedai kopi di depan stasiun, Minggu(31/3), ternyata cekcok itu berawal dari protes kedua penumpang karena merasa dipermainkan Edi.

Keduanya yang hendak pulang ke Surabaya menggunakan kereta api. Dari tempat kosnya di samping Kantor Kelurahan Klojen ke stasiun, menggunakan jasa Edi dengan kesepakatan tarip Rp. 10 ribu.

Sesampai di stasiun, Rusli langsung membayar sesuai tarip yang disepaati namun ditolak Edi dan meminta tambahan Rp. 10 ribu.

"Kan yang naik dua orang, berarti harusnya Rp. 20 ribu," kata Edi seperti ditirukan Hasan.

Akhirnya Rusli membayar Rp. 30 ribu, namun kembali ditolak Edi.

"Kan bapak juga naik, berarti kita tiga orang, dong?!" kata Rusli sambil menaruh uang Rp. 30 ribu di jok bentor dan meninggalkan Edi yang seperti orang bingung. (Moh. Ghazi)

KEMERUCUK

Halaman

FOKUS

Susunan Redaksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FEATURE

Legipait, Pangkalan Seniman Sebelum Pameran